Novel Atheis (Achdiat Karta Mihardja)
Senin, 19 Maret 2012
0
comments
Novel Atheis (Achdiat Karta Mihardja) - Atheis adalah sebuah novel karya Achdiat Karta Mihardja yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1949. Roman ini, yang menggunakan tiga gaya naratif, menceritakan kehidupan Hasan, seorang Muslim muda yang dibesarkan untuk berpegang pada agama tetapi akhirnya meragukan agamanya sendiri setelah berurusan dengan seorang sahabat yang Marxis-Leninis dan seorang penulis yang nihilis.
Karta, seorang jurnalis serta redaktur yang pernah bergabung dengan penyair eksentrik Chairil Anwar dan Partai Sosialis Indonesia, menulis Atheis di antara bulan Mei 1948 dan Februari 1949. Bahasa Indonesia yang digunakan terpengaruhi oleh bahasa Sunda, dan gaya penulisannya lebih mirip gaya penulis Minang dari periode sebelumnya daripada para penulis kontemporer. Terutama membahas mengenai keimanan, novel ini juga menyinggung hubungan modernitas dan tradisionalisme. Biarpun Karta menegaskan bahwa karya ini dimaksud untuk realis, perlambangan dan hubungan simbolis pernah diusulkan tentang Atheis.
Ketika Atheis diterbitkan, terjadi pembahasan yang cukup panas. Tokoh-tokoh agama, Marxis-Leninis, dan anarkis menolak novel ini karena kurang menjelaskan ideologi mereka masing-masing, sementara tokoh-tokoh sastra dan masyarakat banyak memuji roman ini. Penerimaan baik ini mungkin disebabkan diperlukannya penyatuan nasional oleh Pemerintah Indonesia. Sebelum tahun 1970, Atheis sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu, dan pada tahun 1972 diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris; pada tahun 1974 novel ini diadaptasikan menjadi film. Selain menerima penghargaan dari pemerintah pada tahun 1969, Atheis sudah termasuk dalam UNESCO Collection of Representative Works.
Karta, seorang jurnalis serta redaktur yang pernah bergabung dengan penyair eksentrik Chairil Anwar dan Partai Sosialis Indonesia, menulis Atheis di antara bulan Mei 1948 dan Februari 1949. Bahasa Indonesia yang digunakan terpengaruhi oleh bahasa Sunda, dan gaya penulisannya lebih mirip gaya penulis Minang dari periode sebelumnya daripada para penulis kontemporer. Terutama membahas mengenai keimanan, novel ini juga menyinggung hubungan modernitas dan tradisionalisme. Biarpun Karta menegaskan bahwa karya ini dimaksud untuk realis, perlambangan dan hubungan simbolis pernah diusulkan tentang Atheis.
Ketika Atheis diterbitkan, terjadi pembahasan yang cukup panas. Tokoh-tokoh agama, Marxis-Leninis, dan anarkis menolak novel ini karena kurang menjelaskan ideologi mereka masing-masing, sementara tokoh-tokoh sastra dan masyarakat banyak memuji roman ini. Penerimaan baik ini mungkin disebabkan diperlukannya penyatuan nasional oleh Pemerintah Indonesia. Sebelum tahun 1970, Atheis sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu, dan pada tahun 1972 diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris; pada tahun 1974 novel ini diadaptasikan menjadi film. Selain menerima penghargaan dari pemerintah pada tahun 1969, Atheis sudah termasuk dalam UNESCO Collection of Representative Works.
0 comments:
Posting Komentar